Entri Populer

Sabtu, 30 Oktober 2010

MINAT BELAJAR SISWA DAN FAKTOR MEMPENGARUHINYA

MINAT BELAJAR SISWA DAN FAKTOR MEMPENGARUHINYA
Dalam proses belajar, minat sangat diperlukan. Sebab seseorang yang tidak memiliki minat belajar, tidak mungkin melakukan aktivitas belajar. Minat adalah "gejala yang tertarik pada sesuatu yang selanjutnya minat seseorang akan mencerminkan tujuannya". Apabila siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran tertentu dapat dilihat dan diamati partisipasinya dalam menekuni pelajaran tersebut. Minat ini memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya minat maka ia tidak dapat menguasai pelajaran yang diberikan gurunya.
Oemar Hamalik menjelaskan bahwa minat seseorang adalah meliputi semua aspek psikologi berupa: "bakat khusus, kecerdasan, keadaan kepribadian, kebiasaan belajar motivasi. Semua komponen ini belum menjamin seseorang mencapai prestasi yang baik dan akan berhasil dalam belajar, jika setiap individu tidak berkeinginan melakukan secara serius.
Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa, minat merupakan salah satu faktor dalam memperoleh hasil belajar. Sebab tanpa adanya minat yang tinggi, siswa merasa terpaksa dan terbebani dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, di samping ini proses belajar akan terwujud bila dalam dirinya terdapat keseriusan. Begitu juga kondisi fisiologis berupa kesehatan, semangat dan potensinya yang normal. Akan tetapi semua ini tidak berjalan dengan normal, seperti terganggunya kesehatan, mudah pusing atau adanya kelainan-kelainan alat indera atau tubuhnya, maka tidak dapat membangkitkan minat belajar dengan baik.
Untuk memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar itu secara garis besar dibagi dua. Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).
1. Faktor dari dalam diri siswa
Faktor dari dalam yang dimaksud disini adalah semua faktor yang bersumber dari dalam diri siswa atau individu itu sendiri. Adapun yang termasuk kedalam faktor dari dalam atau internal antara lain motivasi, intelegensi (kecerdasan), perhatian, kesehatan, kematangan. Kesemua faktor di atas saling pengaruh mempengaruhi.
a. Intelegensi
Seperti diketahui bahwa manusia berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, juga tentang intelegensinya. Intelegensi ini merupakan keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir, bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Intelegensi sering disebut juga kecerdasan atau tingkat kemampuan anak dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Chaplin bahwa "intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajarinya dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal dalam pemecahan-pemecahan masalah". Jadi intelegensi atau kecerdasan merupakan kemampuan menerapkan apa yang diperoleh dari belajar. Lebih lanjut Chaplin menjelaskan secara umum intelegensi itu adalah sebagai berikut:
1). Kemampuan untuk berpikir abstrak
2). Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi yang baru.
Dengan demikian jelaslah bahwa kecerdasan sangat mempengaruhi minat belajar. Kecerdasan seorang anak akan terlihat pada tingkat kemauan dan kedisiplinan serta semangat yang tinggi dalam menggali atau menyelesaikan berbagai problema pelajaran yang diberikan guru. Anak yang cerdas mempunyai sikap kepedulian dan kemauan yang tinggi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang belum diketahuinya. Anak yang cerdas sangat berpengaruh positif terhadap peningkatan minat belajarnya.
b. Motivasi
Motivasi adalah tenaga yang mengerakkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi, tentu penilaian dan motivasinya yang serius, terhadap materi pelajaranpun akan bagus.
Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
c. Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Karena tanpa adanya perhatian tidak mungkin minat untuk belajar itu ada. Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, maka motivasi untuk mempelajarinya akan muncul. Begitu juga sebaliknya, jika sesuatu itu tidak dibutuhkan maka motivasinya akan tidak ada.
Jadi, untuk membangkitkan minat belajar yang baik, maka siswa harus punya perhatian terhadap bahan yang dipelajari. Karena jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa. Maka timbullah kebosanan, dan tidak suka dipelajari. Dengan demikian seorang guru seharusnya dapat mengajar dengan baik dan terarah agar mendapat perhatian dan minat untuk mempelajarinya.
d. Kesehatan
Kesehatan juga merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi minat seseorang. Seseorang yang kesehatannya kurang baik atau terganggu akan menghambat dalam melaksanakan segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dalam hal belajar, seorang siswa yang kesehatanya terganggu akan mempengaruhi jiwanya, misalnya mudah tersinggung, kurang minat, tidak bergairah, tidak dapat mengkonsentrasikan pikirannya terhadap pelajaran, sehingga mengakibatkan terhambat dalam kegiatan belajarnya.
2. Faktor dari luar diri siswa (Eksternal)
Faktor dari luar (eksternal) adalah segala sesuatu yang terdapat di luar individu, baik kondisi maupun situasi lingkungan sekitarnya yang turut mempengaruhi minat belajar seorang siswa. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat serta lingkungan sekolah itu sendiri. Apabila faktor eksternal ini baik, maka seorang anak juga tumbuh dengan baik dan terhindar dari pengaruh-pengaruh yang negatif, begitu juga sebaliknya, jika faktor eksternal tidak baik, maka anak akan terpengaruh dengan lingkungan yang tidak baik.
a. Lingkungan keluarga
Di dalam keluarga anak menerima kesan-kesan, baik berupa susah, gembira maupun kebiasaan-kebiasaan lain seperti: larangan, celaan, pujian dan semua itu dapat mempengaruhi jiwa anak. Semua anak, baik dalam keluarga miskin, sederhana sampai keluarga yang mewah, membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Orang tua yang bijaksana akan membuat keluarga bahagia, aman dan tenteram, baik dari segi lahiriyah maupun bathiniah. Keadaan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap bangkitnya minat siswa untuk belajar secara keseluruhan terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa.
Dalam dunia pendidikan, faktor yang lebih banyak mempengaruhi minat belajar siswa ialah faktor orang tua dan keluarga itu sendiri. Orang tua memegang peranan penting dalam mendidik dan membina anak-anaknya. Dalam sebuah keluarga, peran dan tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup si anak selalu berada di pundak orang tua. Merekalah yang memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga. Keluarga juga merupakan pengalaman pertama bagi anak dalam belajar. Oleh karena itu orang tua harus mampu untuk memberikan bimbingan yang terbaik agar timbul suatu minat dalam diri anaknya.
Semua orang tua menginginkan anaknya berhasil dengan baik dalam mencapai cita-citanya. Jika orang tua berpendapat demikian, maka seharusnya ia dapat membangkitkan minat untuk belajar pada anaknya dengan sebaik-baiknya terutama dalam membimbing dan mengawasi mereka dengan benar. Sehingga anak akan lebih bergairah dan terdorong hatinya untuk belajar secara baik dan sungguh-sungguh sesuai dengan minatnya.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang mengembangkan potensi manusiawi secara benar. Karena itu seorang guru yang bertanggung jawab harus mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan secara profesional, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi manusia, itu dilakukan secara berencana, terarah dan sistematika guna mencapai tujuan.
Sekolah tidak hanya bertugas memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa tetapi juga berkewajiban membina kepribadian siswa menjadi manusia dewasa yang berilmu pengetahuan dan bermoral tinggi serta mampu berfikir. Di lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman sekelas dapat mempengaruhi minat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memberikan contoh teladan yang baik kepada siswanya. Mereka harus berperan aktif dalam mengawasi, mengontrol siswa-siswi dengan penuh tanggung jawab agar siswa dapat mendorong untuk belajar lebih giat dan lebih terasa simpatik terhadap para gurunya itu sebagai pendidik.
Seorang guru juga harus memberikan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan dan menunjang, sehingga membangkit minat belajar siswa. Oleh karena itu guru orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar anak di sekolah seharusnya memperhatikan semua keadaan dan situasi di sekolah agar siswa dapat belajar dengan semangat yang baik.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan non formal yang juga disebut sebagai faktor dari luar (eksternal) yang berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Dalam lingkungan masyarakat terdapat berbagai ragam kehidupan dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda. Lingkungan yang tidak mendukung dengan sendirinya akan mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar yang juga mengakibatkan menurunnya minat anak untuk belajar.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, memiliki kebiasaan-kebiasan buruk dan melanggar norma-norma seperti: mencuri, serta minum-minuman keras yang dapat menyesatkan siswa itu sediri serta berpengaruh terhadap kepribadian anak. Dalam hal ini Hasballah mengembangkan bahwa : lingkungan masyarakat dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak, baik pengaruh yang menguntungkan (positif) maupun pengaruh yang merugikan (negatif) terhadap perkembangan anak, sehingga perkembangan anak ke arah yang positif pula.
Untuk dapat menimbulkan belajar yang baik, maka seorang siswa haruslah tinggal di lingkungan yang mendukung (positif). Jika siswa tinggal di lingkungan yang negatif seperti di rumah-rumah yang lingkungan kurang baik, maka anak tersebut akan mengikuti keadaan lingkungan tersebut. Sehingga minat untuk belajar menurun atau tdak ada minat sama sekali, karena tidak ada dukungan dari tempat ia tinggal, contohnya, anak yang tinggal di lingkungan yang tidak baik akan merasa lebih senang bermain dengan kawannya, itu dikarenakan lingkungan tidak mendukungnya untuk belajar, sebaliknya bila ia di lingkungan yang berpendidikan ia merasa lebih baik untuk belajar, karena anak sekelilingnya belajar semua, dan ia tidak mau ketinggalan dengan kawannya.
A. Peranan Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku dalam mengharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), semua guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagai dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal antara lain peranan guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, pembimbing dan evaluator.
a. Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil pelajaran yang dicapai oleh siswa.
Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan TPK, memahami kurikulum dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas, sebagai pengajar iapun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan, untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu menguasai kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dan di kalangan siswa.
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia, untuk itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan siswa.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.
d. Guru sebagai pembimbing
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, mengenal dirinya sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan interpersonal, peranan ini lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya, kekurangmampuan anak didik akan menyebabkan lebih banyak bergantung pada bantuan guru.
e. Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru menjadi evaluator yang baik, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tesebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian guru dapat diketahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilain guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya. Dengan menggunakan penilaian, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya, jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, sehingga guru mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dengan demikian jelaslah peranan guru sangat mempengaruhi minat belajar siswa, karena anak akan terlihat pada tingkat kemampunnya dalam belajar, guru sangat berperan dalam membangkitkan atau memotivasi siswa untuk terus tekun belajar baik di sekolah maupun di masyarakat.

B. Problematika Pengembangan Minat Belajar Siswa
Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan dikemudian hari. Sebagian waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti ketika di sekolah, di rumahpun harus ada waktu yang disediakan untuk belajar, prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih jika dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman hambatan, dan gangguan sehingga mereka mengalami masalah dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi masalah dalam belajarnya tanpa harus melibatkan orang lain, tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajar, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan memiliki anak didik yang bermasalah dalam belajar, masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dirasakan oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis dan faktor penyebabnya bagi anak yang bermasalah dalam belajar. Beberapa faktor penyebab diantaranya adalah
1. Faktor anak didik
Anak didik adalah subjek yang belajar, dialah yang merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar, karena ia adalah orang yang belajar, bukan guru yang belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik dengan membelajarkan anak didik agar giat belajar. Kesulitan belajar yang diderita oleh anak didik tidak hanya yang bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab kesulitan atau masalah belajar anak didik, maka akan dikemukakan seperti berikut ini.
a. Inteligensi yang kurang baik.
b. Bakat yang kurang sesuai atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru.
c. Penyesuaian sosial yang sulit, cepatnya penyerapan bahan pelajaran oleh anak didik tertentu, penyebabnya anak didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbanginya dalam belajar.
d. Latar belakang pengalaman yang pahit, misalnya, anak didik sekolah sambil bekerja, kemiskinan ekonomi orang tua memaksa anak didik harus bekerja demi membiayai sendiri uang sekolah. Waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar dengan sangat terpaksa digunakan untuk bekerja.
e. Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajrinya).
2. Faktor sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik, di tempat inilah anak didik menimba ilmu pengetahuan dengan bantuan guru yang berhati mulia atau kurang mulia, karena memang pribadi seorang guru yang kurang baik.
Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak didik didatangi tentu saja mempunyai dampak yang besar bagi anak didik, kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi sistem dan kondisi sosial di sekolah dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif sarana dan prasarana sudahkah mampu dibangun dan diberikan layanan yang memuaskan bagi anak didik yang berinteraksi dan hidup di dalamnya. Faktor yang dapat menumbuhkan kesulitan belajar di lingkungan sekolah.
a. Pribadi guru yang kurang baik.
b. Guru yang tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegang kurang sesuai, sahingga kurang menguasai, atau kurang persiapan/sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh stiap anak didik.
c. Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sikap guru yang tidak disenangi oleh anak didik. Misalnya guru bersifat kasar, suka marah, suka mengejek, tidak pernah senyum, tidak suka membantu anak, suka membentak dan sebagainya.
d. Cara guru dalam mengajar kurang baik.
e. Alat/media yang kurang memadai, alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik, perpustakaan kurang memadai. Misalnya, buku-buku kurang lengkap untuk keperluan anak didik, ruang baca tidak ada dan sebagainya.
3. Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui keberadaannya dalam dunia pendidikan, peranannya tidak kalah penting dari lembaga formal. Bahkan sebelum anak didik memasuki suatu sekolah, dia sudah mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang bersifat kudrati. Walaupun anak sudah masuk sekolah tetapi harapan masih digantungkan keluarga untuk memberikan pendidikan dan memberikan suasana aman dan menyenangkan bagi belajar anak dalam belajar di rumah. Keharmonisan keluarga serumah merupakan syarat mutlak yang harus ada di dalamnya. Sistem kekerabatan yang baik merupakan jaringan sosial yang menyenangkan bagi anak. Demi keberhasilan anak belajar, berbagai kebutuhan belajar anak diperhatikan dan dipenuhi meskipun dalam bentuk dan jenis yang sederhana. Oleh karena itu, ada beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab anak bermasalah dalam belajar.
a. Kurangnya kelengapkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu tidak ada, maka kegiatan belajar anakpun terhenti untuk beberapa waktu.
b. Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua, sehingga anak harus memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah. Anak yang belajar stabil mencari uang sekolah terpaksa belajar dengan apa adanya dengan kadar kesulitan yang bervariasi
c. Kesehatan keluarga yang kurang baik, orang tua sakit-sakitan misalnya, membuat anak harus memikirkannya dan merasa prihatin. Apabila penyakit yang diderita oleh orang tuanya adalah penyakit yang serius dan kronis.
d. Ekonomi keluarga yang terlalu lemah/tinggi membuat anak berlebih-lebihan.
e. Kedudukan anak dalam keluarga menyedihkan, orang tua pilih kasih dalam mengayomi anak, seolah-olah anak kandung dan anak tiri, sikap dan prilaku orang tua seperti ini membuat anak frustasi dan malas belajar.
Orang tua yang otoriter akan mendesak anak-anaknya untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dan menghormati mereka. Untuk itu, mereka tidak segan-segan menghukum anak secacra fisik. Orang tua memberi batasan-batasan pada anak-anak secara keras dan mengontrol mereka dengan ketat. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga seperti ini mengalami masalah psikologis yang dapat menghambat mereka untuk belajar. Di rumah, mereka cenderung cemas dan merasa tidak aman. Di sekolah mereka juga tidak bisa bersosialisasi dengan baik dan dengan demikian mengalami banyak kesulitan dalam bergaul dengan teman-temannya. Mereka memiliki keterampilan berkomunikasi yang sangat rendah sehingga menimbulkan banyak hambatan psikologis.
Orang tua dengan gaya acuh tak acuh akan cenderung bersikap permisif, membolehkan anaknya melakukan apa saja. Biasanya, orang tua tidak terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya. Anak-anak di sini mengalami kekurangan kasih sayang, dan kurang mendapat perhatian yang sangat mereka butuhkan. Anak-anak seperti ini tidak mampu bersosialisasi dan memiliki kontrol diri yang sangat rendah. Tidak adanya kontrol diri ini mengakibatkan banyak masalah psikologis yang mereka hadapi dan mengganggu konsenterasi belajar mereka baik di rumah maupun di sekolah. Selain itu, anak-anak ini biasanya tidak memiliki motivasi untuk belajar apalagi berprestasi.
1. Faktor masyarakat sekitar
Anak didik hidup dalam komunitas masyarakat yang hiterogen adalah suatu kenyataan yang harus diakui, kegaduhan, kebisingan, keributan, pertengkaran, perkelahian, dan sebagainya. Sudah merupakan kegiatan tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat yang hiterogen. Kondisi dan suasana lingkungan masyarakat seperti di atas sering dilihat dan didengar, kondisi dan suasana lingkungan masyarakat yang tenang, aman dan tenteram seharusnya sudah tercipta secara menyeluruh dan terpadu sehingga jauh dari ancaman dan gangguan. Anak didik yang hidup di dalamnya terjamin keamanannya, sehingga dapat belajar dengan tenang.
Namun sayangnya harapan tinggal harapan, anak didik tidak dapat berharap banyak kepada lingkungan masyarakat. Hidup dalam masyarakat yang tidak terpelajar cenderung menimbulkan masalah bagi anak didik, mungkin di dalamnya sering terjadi keributan, lingkungan sekelilingnya yang kotor dengan segala ketidakteraturan seperti ini adalah lingkungan yang kurang bersahabat pada anak didik, karena anak didik tidak mungkin dapat belajar dengan tenang.
Jadi untuk mengatasi anak yang bermasalah dalam proses belajar mengajar orang tua, guru dan lingkungan masyarakat yang harus berperan untuk membimbing anak ke arah yang baik, terutama orang tua di dalam keluarga harus selalu memperhatikan keadaan anaknya sehari-hari, gurupun perlu untuk mempersiapkan diri untuk menjadi fasilitator yang bertugas mendorong siswanya untuk mengembangkan ide, inisiatif dalam menjejaki tugas-tugas baru. Dalam pengajarannya guru memerlukan waktu untuk memikirkan dan mengembangkan minat siswa untuk belajar.

Tidak ada komentar: