Entri Populer

Minggu, 21 Juni 2009

Pakem Model Alternatif

Model Pembelajaran Pakem
Agar pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana diharapkan, John B. Biggsand Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisikedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajarankreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baikdalam proses pembelajaran terhadap siswa:
1. Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untukberkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka,
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasatanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika merekamembutuhkan,
3. Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkanentuisme terhadap ide serta gagasan mereka,
4. Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yangdiminati dan penghargaan atas prestasi mereka,
5. Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikansemangat pada pekerjaan lain berikutnya.
6. Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untukmembangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
7. Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat sertamodalitas gaya belajar individu siswa,
8. Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuhdalam proyek-proyek pembelajaran mandiri,
9. Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra merekadan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
10. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanandan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,
11. Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif,inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna(meaningful learning) pada siswa.
12. Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balikdan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.
Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang dapat menggugah terjadinya“pembelajaran aktif,kreatif, efektif dan menyenangkan” (Pakem), bisa diterapkan antara lain dalam salah satu 3 kegiatan belajar kelompok (studi kasus). Menurut Wassermen (1994),pertanyaan-pertanya an yang memerlukan pemikiran yang dalam untuk sebuah solusi atau yang bersifat mengundang, bukan instruksi atau memerintah. Misalnya dengan menggunakan kata kerja : menggambarkan, membandingkan, menjelaskan, menguraikan atau dengan menggunakan kata-kata: apa, mengapa atau bagaimana dalam kalimat bertanya. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pertanyaan yang bisa memberikan respon kreatif terhadap pertanyaan-pertanya an tersebut.
1. Jelaskan bagaimana situasi ini bisa ditangani secara berbeda ?
2. Bandingkan situasi ini dengan situasi sekarang !
3. Ceriterakan contoh yang sama dengan pengalaman Anda sendiri !
Para siswa bisa juga diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yangnampaknya sesuai dengan semua skenario. Contoh pertanyaan-pertanya anberikut dapat memprovokasi siswa untuk berpikir tentang kasus yangdibahas.
1. Apa yang Anda bayangkan sebagai kemungkinan dari akibat tindakantersebut ?
2. Dengan melihat kebelakang, bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri ?
3. Dengan mengatakan yang sesungguhnya, apa kesimpulan Anda tentangisu penting itu ?
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalampelaksanaan konsep ,Pakem jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan “bukan membuat siswa belajar”tetapi “membuatsiswa mau belajar”, dan juga “bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi “mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran “. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: “Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti”.
Penilaian Hasil Belajar.
Sebuah pertanyaan untuk direnungkan.
Apakah sebuah “Penilaian Mendorong Pembelajaran ?” atau apakah “pembelajaran itu untuk mempersiapkan sebuah tes ? ” atau apakah ‘Pembelajaran dan Tes’ tersebut dilakukan guna mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa atau sekolah? Dalam pelaksanaan konsep Pakem, penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secarakomulatif. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek :pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja melibatkanProfessional Judgment dengan memperhatikan sifat obyektivitas dankeadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) danPenilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaianalternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilanpembelajaran Model Pakem.
Media dan bahan ajar. “Media dan Bahan Ajar” selalu menjasi penyebabketidakberhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuahharapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kitadalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidaktersedianya ‘media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai.Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antaraketersediaan ‘media bahan ajar’ di sekolah dengan keberhasilanpembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu penyebabketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah adalah kurangnyamedia dan bahan ajar. Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudahmenyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa“sekolah tidak punya dana untuk itu”!.
Dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harusberperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancangmedia/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapitetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedangdipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguhsangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpamerendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapatmemilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakanberbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah didapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dansebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yangkreatif dan menyenangkan.
Dalam kesempatan melakukan studi banding di Jerman, saya melihatbagaimana seorang guru fisika di sebuah Sekolah Kejuruan (Berlin)menggunakan alat peraga simulasi (Holikopter) yang dibuat dari kertaskarton yang diapungkan didepan kelas dengan menggunakan sebuah bloweruntuk memudahkan para siswa dalam memahami prinsip-prinsip yangberkaitan dengan mata pelajaran fisika tersebut. Prosespembelajarannya mudah dipahami dan sangat menyenangkan. Media simulasiini tidak dibeli sudah jadi, tetapi dirancang oleh seorang guru matapelajaran fisika itu sendiri. Saya kira inilah yang disebut guru yangkreatif. Jadi, model ‘pembelajaran aktif, kreatif, efektif danmenyenangkan’ , atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalumahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yangsudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi yang digunakansecara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang danmengajarkan materi pelajarannya.Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling pentinguntuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajarindividu peserta didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ‘Quantum Learning’ dan Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media elektronik (Computer - Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian ‘bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajarantuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).

Tidak ada komentar: